Senin, 28 September 2015
Hari Bunuh Diri 1 September
Jepang termasuk negara yang terbuka terhadap kasus-kasus bunuh diri karena budaya mereka tidak menganggap itu hal tabu. Praktik bunuh diri sudah ada di Jepang sejak ribuan tahun yang lalu. Meskipun motif praktik bunuh diri Samurai zaman lalu berbeda dengan zaman sekarang...
Saat ini praktik bunuh diri di Jepang dipicu oleh tingkat stress tinggi dan ekonomi. Sangat besar kemungkinan negara-negara lain yang memiliki tingkat stress tinggi sebenarnya juga banyak mempraktikan bunuh diri namun tidak terdata, seperti di Jepang.
Masyarakat di negeri lain cenderung enggan mengungkap kasus bunuh diri karena demi kepentingan sang pelaku bunuh diri dan keluarganya. Beberapa agama di Indonesia misalnya menganggap bunuh diri adalah dosa dimana pelaku tidak akan diterima di surga. Jenazah pelaku bunuh diri tidak akan bisa disemayamkan dengan upacara agama atau adat tertentu. Pada masa lalu di Eropa para pendeta, uskup menolak memberikan doa dan sakramen atas kematian orang karena bunuh diri.
Seorang perempuan berusia 17 tahun bernama Nanae Munemasa menceritakan kondisinya ketika di sekolah dasar, ketika bullying terjadi. Dia mengatakan bahwa dirinya pernah dipukuli oleh anak-anak lelaki dengan tongkat di kamar mandi perempuan dan bahkan diserang ketika pelajaran kolam renang.
"Saya adalah yang terakhir keluar dari kolam renang, ujarnya. Sebuah sapuan datang entah darimana dan itu memukul saya dibawah air. Saya hampir tenggelam. Saya memiliki benjolan besar di dahi saya" ujar Nanae.
Setelah peristiwa itu Nanae mulai bolos sekolah bahkan berpikir untuk mencabut nyawanya sendiri. Apa yang dialami Nanae sebenarnya banyak dialami siswa lain. Umumnya pelaku bunuh diri usia anak-anak atau remaja banyak melakukannya di tanggal 1 September, mengapa demikian? Karena tanggal 1 September adalah tanggal dimulainya kegiatan belajar mengajar setelah liburan musim panas.
Libur Panjang musim panas membuat para siswa tinggal di rumah atau liburan yang menjadi sebuah surga bagi mereka yang sering dibully. Nanae menyatakan:
"Ketika musim panas berakhir, kamu harus kembali. Dan sekali kamu mulai mengkhawatirkan tentang bullying, melakukan bunuh diri sangatlah mungkin".
Depresi remaja dan pengaruh social media dapat menolong mereka atau sebaliknya memperkuat dorongan bunuh diri. Bahwasanya di internet dan social media sudah umum terbentuk klub-klub bunuh diri, dimana mereka bersepakat melakukan bunuh diri secara bersama-sama atau dalam waktu bersamaan. Pernah terjadi 54 orang Siswi melemparkan diri mereka secara bersama-sama ke depan sebuah Kereta Shinkansen yang sedang melaju cepat.
Jepang adalah negara tertinggi dalam kasus bunuh diri (yang terdata) dan merupakan faktor terbesar pendorong kematian bagi orang Jepang di usia 15-39 tahun. Untuk mengatasi permasalahan bunuh diri yang semakin meningkat di Jepang. Pemerintah Jepang mendirikan Lembaga Pencegahan Bunuh Diri yang bertugas meneliti dan memberi konsultasi kepada pelaku bunuh diri atau calon pelaku bunuh diri. Namun keberadaan lembaga ini tidak terlalu efektif dalam mengatasi fenomena tersebut.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


Tidak ada komentar:
Posting Komentar