Kamis, 01 Oktober 2015
Kerangka Jenazah Mona Lisa?
Banyak kita pernah mendengar Leonardo Da Vinci, seorang ilmuan sekaligus seniman, dari sekian banyak masterpiece-nya, lukisan Mona Lisa adalah salah satunya. Mona Lisa menjadi karya Da Vinci yang paling menarik perhatian masyarakat di tiap kurun zaman, dengan usia sudah setengah millenia.
Hal itu disebabkan oleh senyuman sosok pada lukisan yang seolah berubah-ubah, terdapat efek illusi dalam lukisan tersebut. Setelah serangkaian penelitian sejarah dan seni akhirnya diketahui bahwa sosok dalam lukisan tersebut adalah Lisa Gherardini, Istri dari Francesco del Giocondo. Bahwasanya Lisa dilukis oleh Leonardo Da Vinci antara tahun 1503-1506, namun Leonardo masih tetap melanjutkan pengerjaannya hingga akhir tahun 1517.
Lukisan itu kemudian dimiliki oleh Raja Francis I dan sekarang menjadi milik negara Perancis. Mona Lisa (Lisa Gherardini) menjadi subjek pencarian yang bahkan mengalahkan Da Vinci itu sendiri, sekalipun Lisa hanya si modelnya. Mona Lisa disebut oleh Philip Cohen dalam bukunya yang berjudul "Noisy secret of Mona Lisa" sebagai karya seni yang membingungkan, sebuah komposisi yang monumental, suatu model kehalusan rupa, dan atmospir illusionisme.
Selain sosok yang menjadi objek lukisan, senyum Lisa yang berubah-ubah pada gambar itu, telah memicu perdebatan. Jika kakek-nenek kita pada zaman dahulu mungkin akan mengatakan lukisan Mona Lisa ada "penunggunya". Kelangkaan ekspresi wajah di lukisan itu telah mendorong banyak peniliti melakukan riset tentang Liza Gherardini.
Seorang detektf seni bernama Silvano Vincenti akhirnya berhasil melakukan penggalian di Biara Saint Ursula, Florence pada tahun 2012. Mayoritas sejarawan sepakat bahwa sosok Mona Lisa pada lukisan yang tersimpan di Museum itu adalah Lisa Gherardini del Giocondo, istri ke tiga dari pedagang sutera kaya raya dari Florence, Francesco del Giocondo.
Penyelidikan yang dipimpin oleh Silvano Vinceti telah berhasil menemukan beberapa kerangka bertumpuk di bawah biara itu. Uji karbon yang dilakukan pada tiga kerangka yang ditemukan di biara Sant’Orsola, Florence, tersebut diklaim cocok dengan masa kehidupan Mona Lisa, pada masa Renaissance. Lisa Gherardini del Giocondo meninggal pada usia 63 tahun pada 1542, di mana kala itu dia sudah menjadi janda dan tinggal bersama sang putri, Marietta.
Para ilmuwan ini mendasarkan penelitian mereka di biara ini pada tulisan kehidupan Lisa Gherardini yang ditulis oleh sejarawan Italia, Giuseppe Pallanti, yang menemukan wasiat dari Francesco del Giocondo. Wasiat itu menyebut saudagar itu meminta anaknya, Marietta, untuk merawat istri tercintanya itu. Selain itu terdapat dokumen lain yang dikenal sebagai “Book of the Dead” yang ditemukan oleh Pallanti dalam arsip gereja menunjukkan bahwa Lisa tetap di sana sampai kematiannya pada 15 Juli 1542.
Hanya wanita kaya seperti Gherardini, yang notabene bukan seorang biarawati, yang bisa dikubur di biara. Silvano Vinceti yang memimpin Komite Nasional Peninggalan Sejarah, Budaya, dan Lingkungan mengatakan, kerangka itu “sangat mirip” dengan Lisa Gherardini. Menurut dia, ada elemen yang sama pada hasil dari tes karbon-14, yang membuat mereka yakin telah menemukan makam Lisa.
Silvano berbicara tentang analisis sejarah, antropologi, dan arkeologi, yang telah dilakukan dengan sangat ketat. Beliau menyatakan pada media-media bahwa kemungkinan besar bahwa kerangka itu adalah Lisa Gherardini. Namun sayangnya, hanya sedikit sisa-sisa dari kerangka itu dan tidak ada bagian kepalanya, yang bisa dipakai merekonstruksi wajah misterius dari model lukisan Mona Lisa.
Peneliti juga kesulitan membandingkan DNA kerangka itu dengan kedua putra Lisa Gherardini, Bartolomeo dan Piero, yang kerangkanya ditemukan di Gereja Santissima Annunziata. Kerangka anak-anaknya yang ditemukan di Gereja Santissima Annunziata telah terlalu banyak terdegradasi oleh banjir Arno dan tidak mampu memberikan DNA yang cukup untuk kemungkinan tes perbandingan.
Peneliti lainnya, Giorgio Gruppioni, yang juga Kepala Laboratorium Antropologi Forensik Universitas Bologna, mengatakan, “Masalah terbesar kami adalah fakta di mana kerangka sangat terfragmentasi, sangat buruk.” Tugas yang rumit, tuturnya, adalah dalammenentukan jenis kelamin dan usia saat kematian, serta analisis DNA.
Sementara menurut Vinceti, dalam beberapa tahun ke depan teknologi akan bisa mengkonfirmasi bahwa temuan itu adalah Mona Lisa, dengan menggunakan sumber-sumber keilmuan baru tentang DNA. Semoga saja ilmu-teknologi atom di masa depan bukan difokuskan untuk membuat senjata pembunuh tetapi alat dan metode untuk mengungkap warisan-warisan berharga umat manusia, seperti kerangka ini dan artefak-artefak kuno.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


Tidak ada komentar:
Posting Komentar